Ticker

6/recent/ticker-posts

Dana Festival Diduga Digelapkan, Nama Baik Sanggar Seni di Sungai Penuh Tercoreng

Sungai Penuh, Warta Satu – Dunia seni Kota Sungai Penuh kembali tercoreng. Seorang pria berinisial MI diduga kuat melakukan penggelapan dana kegiatan Festival Rangguk, yang rencananya akan diselenggarakan oleh sejumlah sanggar seni lokal, yakni:

  1. Ranoh Butakek
  2. Skoart
  3. Pandan Mangure

Kegiatan ini berada di bawah naungan Forum Pemuda Kreatif Sakti Alam Kerinci (FPK). Namun, hingga kini, acara tak kunjung terlaksana, sementara dana yang sudah dikumpulkan dari sponsor dan pihak pendukung tak jelas rimbanya.

Ketua Sanggar Ranoh Butakek, EF, menyampaikan kekecewaannya atas ulah MI yang dinilai tidak transparan dalam mengelola dan mempertanggungjawabkan dana.

“Saya menduga kuat ada unsur penggelapan karena MI sama sekali tidak transparan soal dana festival yang sudah dikumpulkan,” tegas EF, Senin (16/6/2025).

EF mengungkapkan bahwa beberapa pihak dirugikan, termasuk:

1. Tino Ruai (Guest Star)

Tino Ruai selaku bintang tamu menyatakan tidak pernah menerima uang muka (DP) atau konfirmasi resmi dari panitia. Padahal EF mengaku telah mentransfer dana sebesar Rp500.000 pada tanggal 19 April 2025 ke rekening BRI atas nama Valdano Frans Kito, yang disebut MI sebagai bagian dari tim Tino Ruai.

Namun, setelah dikonfirmasi, Valdano menyatakan bahwa rekening miliknya hanya dipinjam untuk keperluan transfer dan ia tidak mengetahui tujuan sebenarnya dari dana tersebut.

2. Yamaha

Pihak Yamaha yang turut terlibat sebagai pendukung acara juga dirugikan. Mereka tidak mendapatkan pengembalian dana dari MI, meskipun nama ketua pelaksana terus digunakan oleh MI dalam upaya yang dianggap bertele-tele dan tidak jelas.

3. Boby Arisandi (Kadis Pariwisata Kota Sungai Penuh)

Kepala Dinas Pariwisata Kota Sungai Penuh, Boby Arisandi, juga disebut telah memberikan sumbangan dana secara pribadi melalui transfer. Namun, MI mengklaim kepada panitia bahwa tidak pernah menerima dana tersebut.

EF: Nama Baik Kami Tercoreng

EF mengaku bahwa perbuatan MI tidak hanya mencoreng nama pribadi, tapi juga merusak citra sanggar dan forum yang mereka wakili.

“Kami sangat dirugikan. MI tidak menunjukkan itikad baik untuk mengembalikan dana sponsor, padahal acara tidak jadi dilaksanakan. Kami khawatir sanggar kami diblacklist oleh sponsor,” ujar EF penuh kekecewaan.

Lebih lanjut, EF meminta agar MI segera menunjukkan tanggung jawab moral dan profesional untuk mengembalikan dana yang telah diterima. Hingga berita ini dirilis, MI belum memberikan klarifikasi langsung kepada para pelaksana acara. Sebaliknya, ia justru membuat klarifikasi sepihak di media lain dan terkesan menghindari tanggung jawab.


Catatan Redaksi:


Transparansi dan integritas adalah fondasi dalam dunia seni dan budaya. Ketika dana publik atau sponsor disalahgunakan, bukan hanya kegiatan yang batal, tapi kepercayaan masyarakat pun ikut terkikis. Kasus ini patut ditindaklanjuti secara serius oleh pihak terkait agar dunia seni di Sungai Penuh tetap sehat dan berintegritas.

Posting Komentar

0 Komentar