Kerinci, Warta Satu - Fenomena peternakan ayam Shamo kini mulai menjamur di wilayah Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi. Salah satu peternak yang cukup dikenal adalah Yeki Saswan, warga Desa Sungai Tutung, Kabupaten Kerinci.
Ayam Shamo merupakan jenis ayam yang berasal dari Jepang, hasil persilangan ayam-ayam hias terbaik dari berbagai negara sejak abad ke-17. Nama "Shamo" sendiri berasal dari kata "Siam", merujuk pada Thailand, tempat asal ayam-ayam petarung yang dibawa oleh pedagang Jepang pada tahun 1700-an.
Di Jepang, ayam-ayam tersebut kemudian dikembangkan dan diseleksi secara ketat selama lebih dari 300 tahun di wilayah Pegunungan Fuji. Hasilnya adalah ayam Shamo, yang dikenal sebagai salah satu ayam terkuat dalam laga. Karena posturnya yang besar dan gagah, ayam ini dijuluki “Oshamo”, yang berarti "tentara raja sabung".
Seiring perkembangan zaman, ayam Shamo dikembangkan sebagai ayam hias dan ayam pedaging. Varietas ayam Shamo hias yang dikenal dengan nama “Shamo Eropa” merupakan hasil pengembangbiakan ayam Shamo asli Jepang yang dibudidayakan di Eropa untuk tujuan estetika.
Ayam Shamo kini telah menyebar ke berbagai negara, termasuk Indonesia. Di tanah air, ayam ini digemari baik oleh penggemar ayam hias maupun pecinta ayam pedaging. Permintaan terhadap ayam Shamo terus meningkat, termasuk di wilayah Sungaipenuh dan Kerinci.
Yeki Saswan, peternak ayam Shamo Eropa asal Desa Sungai Tutung, telah mulai mengembangkan ayam ini sejak dua tahun lalu. Ia memulai usahanya dengan membeli bibit ayam Shamo Eropa dari Bukittinggi, Sumatera Barat.
“Beternak ayam Shamo sangat menjanjikan. Selain memiliki harga jual yang tinggi, daging ayam Shamo juga lezat dan kaya akan protein,” ujar Yeki.
Ia menambahkan bahwa ayam Shamo bisa menjadi pilihan usaha yang menguntungkan karena multifungsi—dapat dijadikan ayam hias, maupun ayam pedaging.
“Prospek beternak ayam Shamo sangat menjanjikan, terutama bagi penggemar ayam hias. Saat ini, banyak penghobi ayam hias mulai beralih ke ayam Shamo karena kualitas dan posturnya. Harga ayam Shamo pun jauh lebih tinggi dibandingkan ayam hias biasa,” tambahnya.
Dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap ayam Shamo, peluang usaha di bidang ini terbuka lebar. Yeki berharap semakin banyak masyarakat lokal yang tertarik mengembangkan potensi unggas eksotis ini, baik sebagai usaha sampingan maupun utama
0 Komentar